Lingkaran Tarbiyah |
- Tak jarang agenda ini yang semula dijanjikan ba'da isya akhirnya molor sampai sepertiga malam pertama. Hal ini berawal dari tindakan indisipliner anggota yang menjalar dan dijadikan asumsi oleh anggota lain. Pada awalnya semua peserta datang on time ba'da isya, katakanlah pukul 19.45 dan didahului dengan beberapa percakapan akhirnya agenda rutin ini dimulai pukuk 20.00 dengan semua peserta sudah lengkap. Beberapa waktu berlalu, ada 1 peserta yang datang terlambat pukul 20.30. sementara peserta yang lain ngobrol menunggu 1 peserta untuk memulai agenda. Pekan depan ada 2 peserta yang ijin datang terlambat jam 21.00 sampai ditempat. Akhirnya sambil menunggu yang terlambat ngobrol dulu sampai jam 21.00. Kebiasaan ini akhirnya menjadikan beberapa peserta berasumsi "agenda ini akan mulai jam 21.00", jadi untuk lebih mengefektifkan waktu berangkat on time ajah jam 21.00. sedangkan waktu antara ba'da isya sampai berangkat bisa digunakan untuk mengerjakan tugas, lembur, ngurusi anak, nonton bola, dll. Kebiasaan dan asumsi inilah yang akhirnya merubah jadwal dengan sendirinya yang tadinya agenda dimulai pukul 20.00 menjadi 21.00. Sama-sama masih dalam waktu "ba'da isya". Efek dari mulai ngaji terlalu malam adalah tingkat konsentrasi yang menurun, ngantuk, lelah dan tidak optimal dalam menyerap santapan rohani. Maklum, kalau siang kerja full, syuro full, dan kesana-kemari mencari rizki.
- Dengan bergesernya waktu mulai, otomatis akan membuat waktu selesai agenda rutin menjadi mundur. Dalam hal ini akan sangat sulit menggunakan teori "mulai boleh tidak tepat waktu, tapi selesai harus tepat waktu". Katakanlah waktu rata-rata agenda ini 2,5 jam. Sehingga dengan estimasi waktu mulai awal yaitu pukul 20.00 maka agenda ini akan selesai pukul 22.30, selambat-lambatnya 22.59. Sekarang jika dialihkan ke jadwal baru yang mulai pada pukul 21.00 akan selesai pada pukul 23.30 dan selambat-lambatnya pukul 23.59. Perjalanan pulang akhirnya sampai dirumah lebih dari tengah malam. Kalau kata orang dulu mah, ini namanya pengajian 2 hari.. sampai berganti hari baru selesai. efek dari pulang terlalu malam akhirnya berujung dengan kelelahan yang harus bertemu dengan mimpi yang terlalu malam. Tidur tidak optimal, bangun malam untuk tahajud jadi sulit, dan kadang yang terjadi sholat subuhnya terlambat karena bangunnya kesiangan. Setelah sholat subuh tidur lagi karena masih ngantuk. dan ketika kuliah/kerja menjadi 5L (lemah, letih, lesu, loyo) dan Lebay dengan mengatasnamakan ngaji sebagai biang keladi ngantuk dan nggak optimalnya kerja.
- Senantiasa ada rasa sayang dalam sms yang mengingatkan tentang shoum ayyamul bidh atau puasa dikala terang bulan. walaupun langit mendung, bulan kehilangan sinarnya, tapi HP tetep nyala, ukhuwah tetep bersinar terang.
- Senantiasa ada rasa cinta ketika di sepertiga malam Hp berbunyi, ketika itu sms bunyinya "wahai orang-orang yang berselimut, bangunlah dan dirikanlah sholat....". Mengganggu ?, jelas, sms itu mengganggu tidur kita untuk segara bangun.
- Senantiasa ada perhatian saat evaluasi amal taumi disetiap pekan ketemu. "Antum bagaimana jama'ahnya?", inilah yang mengingatkan kita walau sesibuk apapun, jama'ah sholat penting.
- Senantiasa ada gelang-gelang ukhuwah ketika ada pesan "besok ada agenda silaturahim akbar", "besok ada aksi dan munashoroh". Waktunya untuk berkumpul dan melihat senyum semangat dari kader tarbiyah.
- Senantiasa ada semangat kerja saat membaca status FB "sholat dhuha yuks".
- Senantiasa ada kebanggaan ketika membaca pesan "mohon doa restunya, insyaalloh ana akan melangsungkan akad nikah pada....". Bangga, haru, dan mengutuk diri sendiri bagi yang bujang "aku kapan yo"..
- Senantiasa semangat mencari ilmu ketika dijemput untuk berangkat tastqif.
- Senantiasa merasa aneh ketika ada pesan "taklimat....". Biasa saja gak perlu pakai taklimat..
- Senantiasa ada senyum dan doa ketika ada pesan "alhamdulillah telah lahir putra kami yang pertama.."
- Senantiasa ada sapa untuk silaturahim ketika "akhi, gimana kabar antum, lama gak ketemu ya".